Postingan

Menampilkan postingan dengan label Qiraati

Metode Qiraati, Metode Praktis Membaca Al-Qur'an

Gambar
 Metode pengajaran membaca Al-Qur'an yang berorientasi pada hasil bacaan murid. Metode ini dikembangkan K.H. Dachlan Salim Zarkasyi, Semarang, pada tahun 1963. Selain metode belajar model Baghdadiyah atau turutan, metode Qiraati banyak diterapkan oleh pesantren-pesantren dan surausurau tempat mengaji Al-Qur'an yang dikelola masyarakat NU. Demi menjaga mutu pengajaran dan mutu pengajar, Qiraati hanya disebarluaskan melalui mekanisme sertifikasi/syahadah. Hanya pengajar yang telah mendapatkan sertifikasi/syahadah yang diizinkan untuk mengajarkan Qiraati dan hanya lembaga yang memiliki sertifikasl/ syahadah yang diizinkan untuk mengembangkan dan mengajarkan Qiraati. Hal inilah yang membedakan metode ini dengan metode yang juga mirip, yakni metode Iqra. Metode Qiraati bermula dari keprihatinan K.H. Dachlan Salim Zarkasyi terhadap metode yang dipakai masyarakat, yaitu metode Baghdadiyah yang sulit dikuasai serta cenderung hanya menghafal dan tidak paham masing-masing huruf. Dengan c

Kyai Haji Dachlan Salim Zarkasyi, Sosok Penyelamat Pendidikan Al-Qur'an

Gambar
Mbah Sholeh Darat, seorang guru dari para ulama nusantara yang berasal dari Semarang suatu ketika berkata: "Nanti di Semarang akan ada orang yang bukan ahli Quran tapi bisa menyelamatkan pendidikan al-Quran". Dawuh beliau ini secara mutawatir disampaikan hingga cicit keturunan Mbah Sholeh Darat ke lima yang bernama Mbah Abdurrohman. Salah satu santri yang mendengar hal tersebut bermaksud ingin membuktikan siapa yang dimaksud orang yang bisa menyelamatkan pendidikan al-Quran yang bukan dari kalangan ahli Quran. Santri tersebut menduga hal tersebut mengarah ke KH. Dachlan Salim Zarkasyi. Kyai Dachlan sendiri di kota Semarang tidaklah dikenal sebagai ahli Quran, beliau lebih akrab dikenal sebagai pedagang pernak-pernik imitasi di pasar Johar. Tetapi akhir tahun 80an beliau terkenal sebagai guru ngaji anak-anak. Terlebih ada koran yang memberitakan santri kyai Dachlan yang masih kecil mengkhatamkan al-Quran. Santri tersebut bermaksud ingin menguji apakah benar yang dimaksud Mbah